Headline News

Sandiaga Uno Jadi Sorotan: Muktamar PPP 2025 Menentukan Arah Partai Pasca-Keterpurukan Pemilu 2024


JAKARTA, sensornews.id – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berada di persimpangan jalan setelah gagal menempatkan wakilnya di DPR pada Pemilu 2024. Dengan hanya meraih 3,87% suara, di bawah ambang batas parlemen 4%, kegagalan ini memicu sorotan tajam terhadap kepemimpinan partai. (14/09/2025)

Muhammad Mardiono, Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP sejak 2022, menjadi fokus utama kritik. Gelombang penolakan terhadap Mardiono menguat di kalangan kader dan simpatisan, dengan seruan "Asal Bukan Mardiono" (ABM) semakin nyaring terdengar.

Muktamar PPP yang akan digelar pada 27 September 2025 mendatang menjadi momen penentu arah partai. Muktamar ini akan menentukan siapa yang akan memimpin PPP dan bagaimana partai akan berjuang untuk bangkit dari keterpurukan. Nama Sandiaga Uno menjadi salah satu yang santer disebut-sebut sebagai kandidat kuat.

Kebutuhan akan sosok pemimpin baru yang mampu membawa perubahan mendasar di tubuh PPP sangat mendesak. Beberapa kriteria pemimpin ideal yang diharapkan antara lain:

- Pemimpin Transformasional: Mampu memberikan pengaruh positif, berintegritas moral tinggi, dan mewujudkan visi masa depan partai.

- Pemimpin yang Peka: Mampu memahami kondisi organisasi secara mendalam dan memberikan arah yang jelas untuk perubahan.

- Pemimpin Kharismatik: Mampu mengembalikan basis dukungan partai yang hilang dan menginspirasi perubahan mendasar.

Dalam mencari pemimpin baru, PPP dihadapkan pada dua pilihan utama:

1. Mencari Kader Senior: Memilih kader senior PPP yang berpengalaman dan tidak terkait dengan kegagalan Pemilu 2024.

2. Mencari Tokoh dari Luar: Mempertimbangkan tokoh dari luar partai yang dianggap mampu membawa perubahan signifikan. Opsi ini mungkin memerlukan amandemen AD/ART partai. Sandiaga Uno, dengan popularitas dan jaringan luasnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian kalangan di internal PPP.

Keputusan yang diambil dalam Muktamar mendatang akan menjadi penentu masa depan PPP. Mampukah partai berlambang Ka'bah ini bangkit dan kembali menjadi kekuatan politik yang disegani, atau justru semakin terpuruk? Tantangan yang dihadapi PPP tidak hanya terbatas pada pemilihan pemimpin baru.

Partai ini juga perlu mengevaluasi strategi dan program yang telah dijalankan. Analisis mendalam terhadap penyebab kegagalan di Pemilu 2024 krusial untuk merumuskan langkah-langkah perbaikan yang efektif.

Pengamat politik menilai PPP perlu merevitalisasi ideologi dan platform partai agar lebih relevan dengan perkembangan zaman. Selain itu, PPP juga perlu memperkuat komunikasi politik dan membangun citra yang lebih positif di mata publik.

Muktamar PPP 2025 bukan hanya sekadar ajang pemilihan ketua umum, tetapi juga momentum untuk reformasi internal. Keberhasilan PPP untuk bangkit kembali bergantung pada kemampuan partai mengambil keputusan yang tepat dan melaksanakan perubahan yang diperlukan dengan sungguh-sungguh. Peran Sandiaga Uno dalam Muktamar ini akan menjadi sorotan utama, dan keputusannya dapat memberikan dampak signifikan bagi arah PPP ke depan. (Fahri)