SEJARAH MENARA AIR KOTA PONTIANAK
Catatan Ringan Syafaruddin DaEng Usman
sensornews.id - Dalam permulaan tahun 1950-an, kebutuhan air minum masyarakat Kotamadya (status pemerintaha waktu itu) Pontianak diperhitungkan 150 liter perorangan perharian. Berkaitan dengan kondisi air dan kesehatan masyarakat, pemerintah kota merencanakan penyediaan air yang sehat dan bersih untuk masyarakat.
Sebelumnya, dari tahun 1930-an, di Pontianak fasilitas penyediaan air minum bagi masyarakat antara lain dibangun dan digunakan instalasi penjernih air minum sert pembuatan sumur bor.
Dalam perjalanan waktu, di tahun 1957 dilakukan pembangunan instalasi penjernihan air minum yang pelaksanaannya dilakukan Etablissements Emile Degromont dengan lebih dahulu mendalami laporan berbagai survei yang dilakukan Mr Balabanian dan Mr Harel.
Sebagai sumber air untuk survey diambil dari Sungai Kapuas Kecil yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Pontianak. Pengaruh pasang surut dari laut juga dijadikan pertimbangan dalam survei yang dilakukan.
Mulanya Mr Balabanian merencanakan instalasi didirikan di tepi Sungai Kapuas Kecil sebelah utara dan Sungai Landak, dengan pertimbangan apabila air Sungai Kapuas Kecil dalam keadaan asin maka air yang akan diolah akan diambil dari sumber lain di sebelah utara Sungai Landak yang dimungkinkan tidak dipengaruhi air asin.
Sedangkan air yang sudah diolah atau dijernihkan akan didistribusikan ke Kota Pontianak di sebelah selatan Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak melalui "zinkers".
Namun dengan banyak pertimbangan lain, ekonomi dan teknis khususnya, Mr Harel menetapkan instalasi harus dibangun di tepi sebelah selatan Sungai Kapuas Kecil. Dengan begitu tidak diperlukan zinkers untuk distribusinya ke kota Pontianak sebelah selatan Sungai Kapuas Kecil.
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan instalasi dilakukan sebuah perusahaan Prancis Degremont. Instalasi ini dibangun di tepi jalan menuju lapangan terbang pada Km 25. Debit yang dihasilkan oleh instalasi adalah 400 m3 perjam atau setara 110 liter perdetik. Instalasi pengolahan ini menggunakan metode modern, dengan koalgulasi dan pengendapannya dilakukan oleh sebuah alat yang dinamakan pulsator.
Pulsator berikut Pulsator Chamber dibuat dari beton, sedangkan pipa pembagi air di dalamnya dibuat dari Reinforced Asbesto Cement. Untuk distribusi Kota Pontianak mempunyai dua reservoir tinggi, masing-masing reservoir A di daerah Sentiong atau Jalan Jenderal Ahmad Yani sekarang, dan reservoir B di Jalan Merdeka atau Jalan Jenderal Urip Sumoharjo. Kedua reservoir ini masing-masing berkapasitas 1.000 m3.
Kedua reservoir ini belakangan dikenal sebagai Menara Air Kota Pontianak. (*)herman-pnk