Headline News

Revitalisasi SMAN 19 Garut: Cahaya Baru di Tengah Riuh Pasar


GARUT, sensornews.id - Di tengah riuh rendah aktivitas pasar Simpang, Desa Mulyasari, Kecamatan Bayongbong, berdiri sebuah sekolah negeri yang tak pernah lelah memperjuangkan ruang belajar yang layak: SMAN 19 Garut. Bertahun-tahun sekolah ini berdampingan dengan denyut ekonomi warga, menghadapi tantangan ruang dan kenyamanan. Kini, harapan baru mulai tumbuh dari tumpukan bata dan adukan semen.

Melalui program revitalisasi yang menyasar delapan ruang kelas, SMAN 19 Garut mendapat suntikan semangat baru. Bantuan dari Kementerian Pendidikan, melalui Direktorat Jenderal PAUD, Dikdasmen, Direktorat SMA, mengucurkan dana sebesar Rp 1,206.633.000  untuk rehabilitasi fisik bangunan. Namun, nilai sejatinya jauh melampaui angka: ini adalah investasi untuk masa depan.

“Selama ini, kesan kumuh dan kurang nyaman sering melekat karena lokasi kami berdekatan dengan pasar,” ujar Ridwan Setiawan, S.Pd., Pelaksana Tugas Kepala Sekolah. “Kami ingin mengubah itu. Kami ingin anak-anak belajar di ruang yang bersih, tertata, dan layak.”

Yang membuat proyek ini istimewa adalah keterlibatan warga sekitar. Para tukang lokal, dengan keterampilan yang mereka miliki, turut membangun sekolah yang mungkin dulu hanya mereka lewati. Kini, mereka menjadi bagian dari sejarahnya. “Ketika masyarakat ikut membangun, rasa memiliki itu tumbuh. Ada kebersamaan, ada tanggung jawab,” tambah Ridwan.

Dukungan juga datang dari Garda Tipikor Indonesia (GTI) PAC Bayongbong. Ketua GTI, Alit Wawan, menyebut proyek ini sebagai contoh sinergi yang patut diapresiasi. “Kami sudah turun langsung ke lapangan. Proyek ini berjalan baik, transparan, dan sesuai ketentuan. Ini bukti bahwa pembangunan bisa melibatkan semua pihak,” ujarnya.

Revitalisasi ini bukan sekadar perbaikan fisik. Ia adalah simbol harapan. Di tengah pasar yang tak pernah benar-benar sepi, SMAN 19 Garut menata ruangnya—dan sekaligus menata masa depan. Anak-anak di sana kini punya alasan lebih untuk bermimpi, dan para guru punya ruang yang lebih nyaman untuk mengajar.

Sekolah ini bukan hanya bangunan. Ia adalah harapan yang sedang dibangun, bata demi bata.


Kang Aden/khapid