Headline News

7 Pahlawan Revolusi Tepat 60 Tahun Lalu


JAKARTA, sensornews.id - Ini adalah salah satu momen bersejarah yang tragis, di mana sekelompok anggota militer yang diduga terkait Partai Komunis Indonesia (PKI) mencoba melakukan kudeta, mengakibatkan pembunuhan enam jenderal dan satu perwira militer. Korban-korban ini kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi oleh pemerintah Indonesia sebagai penghormatan atas pengorbanan mereka dalam mempertahankan negara.

Peristiwa ini terjadi di Jakarta, dengan jenazah para pahlawan dibuang ke sumur tua di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Hingga kini (berdasarkan waktu saat ini: 30 September 2025), peristiwa ini masih diperingati sebagai bagian dari sejarah nasional Indonesia, meskipun narasinya sering menjadi topik diskusi dan kontroversi.


Berikut Daftar 7 Pahlawan Revolusi yang Gugur

Menurut sumber-sumber sejarah resmi dan pendidikan, korban utama yang diakui sebagai Pahlawan Revolusi adalah tujuh tokoh berikut. Mereka semuanya adalah perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang diculik dan dibunuh selama peristiwa tersebut. Berikut daftar lengkapnya beserta jabatan dan latar belakang singkat:


Pertama  Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani

   Panglima Angkatan Darat (Pangad). Lahir pada 19 Juni 1922 di Purworejo, Jawa Tengah. Ia adalah tokoh kunci dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan dikenal sebagai pemimpin yang tegas melawan pengaruh komunis. Dibunuh di rumahnya pada malam 30 September


Kedua  Letnan Jenderal (Anumerta) Raden Suprapto

   Wakil Kepala Staf Angkatan Darat. Lahir pada 22 April 1918 di Jember, Jawa Timur. Ia pernah bertugas di berbagai front perang kemerdekaan dan diculik dari rumahnya.


Ketiga Letnan Jenderal (Anumerta) Siswondo Parman

   Deputi II Menteri/Panglima Angkatan Darat. Lahir pada 9 Juli 1917 di Banyumas, Jawa Tengah. Seorang veteran perang yang aktif dalam pembangunan militer pasca-kemerdekaan, diculik saat berada di markas.


Keempat Mayor Jenderal (Anumerta) Mas Tirtodarmo Haryono 

   Asisten Kepala Staf untuk Logistik. Lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur. Ia sempat belajar kedokteran di masa pendudukan Jepang sebelum bergabung dengan militer. Diculik dari rumahnya.


Kelima Mayor Jenderal (Anumerta) Donald Isaac Pandjaitan

   Ajudan Umum Panglima Angkatan Darat. Lahir pada 13 Juni 1925 di Tarutung, Sumatera Utara. Berasal dari etnis Batak, ia adalah salah satu perwira berprestasi yang diculik di rumah pribadinya.


Keenam  Brigadir Jenderal (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

   Panglima Divisi Infanteri 1. Lahir pada 11 Desember 1922 di Banyumas, Jawa Tengah. Ia dikenal sebagai komandan lapangan yang handal dan dibunuh setelah diculik.


Ketujuh Kapten Czi (Anumerta) Pierre Tendean

   Ajudan Pribadi Jenderal Ahmad Yani. Lahir pada 13 Oktober 1938 di Malang, Jawa Timur. Sebagai perwira muda, ia berusaha melindungi atasannya dan diculik bersamanya. Ia adalah satu-satunya perwira pertama dalam daftar ini.


Catatan: Beberapa sumber menyebutkan enam jenderal utama, tetapi secara resmi, tujuh tokoh ini dihormati sebagai Pahlawan Revolusi. Ada juga korban lain seperti Letnan Tendean yang sering disertakan. Jenazah mereka ditemukan di Lubang Buaya pada 3 Oktober 1965 dan dimakamkan dengan upacara negara di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.


Latar Belakang Singkat Peristiwa G30S/PKI

Kronologi: 

Pada malam 30 September 1965, kelompok yang menyebut diri "Gestapu" (dituduh terkait PKI) menculik para jenderal dari rumah atau markas mereka. Mereka dibawa ke Lubang Buaya, di mana enam di antaranya dibunuh, dan jenazahnya dibuang ke sumur. Satu korban (Letkol Untung) selamat sementara. Peristiwa ini memicu respons keras dari militer di bawah Mayor Jenderal Soeharto, yang kemudian mengambil alih kekuasaan.

Dampak: 

Kudeta gagal, tapi memicu pembantaian massal terhadap anggota atau simpatisan PKI di seluruh Indonesia, dengan korban jiwa diperkirakan ratusan ribu. Peristiwa ini mengubah dinamika politik Indonesia menuju era Orde Baru.